Peristiwa Djoko Songo 1948
Jika berbicara mengenai peristiwa Djoko Songo yakni gugurnya 9 tentara pelajar dalam membela tanah air tidak lepas dari nama GKR Bambang Hadijokowaluyo yang dikenal oleh lingkungannya dengan sebutan mas Yadi. Beliau termasuk dalam 9 tentara pelajar korban yang tewas, 3 diantaranya adalah kerabat keraton Solo dan Jogja. Maka dari itu pihak keraton berinisiatif mendirikan tugu monumen peristiwa Djoko Songo (meninggalnya 9 perjaka) di daerah Solo dan Surakarta. Baru pada tahun 1955 pemerintah berinisiatif memindahkan makam para pahlawan termasuk beliau ke area Taman Makam Pahlawan Karanganyar.
Saat peristiwa itu beliau berusia sekitar 20 tahunan, sedangkan peristiwa itu terjadi pada masa transisi perebutan kembali Indonesia dari pemerintah Jepang oleh pihak sekutu yang diboncengi Belanda.
Saat kejadian beliau bersama 15 orang tentara pelajar lainnya hendak pulang ke kamp perjuangan Indonesia, robongan beliau melewati daerah matesih (sekarang pasar Matesih). Rombongan tersebut sempat bertemu dengan pasukan Belanda. Terjadi baku tembak sengit yang berlangsung selama 30 menit. Akhirnya pasukan tentara pelajar berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Rupanya pasukan Belanda yang tersisa sempat mengontak markas pusatnya di Surakarta meminta bantuan personil, Beliau yang saat itu menjadi komandan peleton tentara pelajar Divisi 1 tidak langsung beranjak pergi dari lokasi namun tinggal sementara di Matesih untuk mengamankan keadaan yang saat itu sedang rusuh.
Setelah keadaan sedikit tertanggulangi, beliau dan pasukan tentara pelajar lainnya melanjutkan perjalanan melewati karangpandan. Saat itulah terjadi pengepungan oleh personel Belanda yang menurunkan 5 Brigade. Walaupun kalah jumlah 16 orang tentara pelajar melawan sekitar 300 personel Belanda bersenjata lengkap, namun tentara pelajar terus mengadakan perlawanan.
7 orang tentara pelajar berhasil meloloskan diri dan selamat dari kepungan tentara Belanda. Sisanya 9 orang termasuk Beliau bertahan di KALI SWALUH sebagai benteng brigade. Belanda tidak hilang akal serdadu Belanda meneropong jika mereka melihat sasaran pesawat terbang mereka akan merendah di sekitar sasaran, dengan segera daerah itu akan di bom dan dijatuhi tembakan yang bertubi-tubi. Begitu pula dengan kesembilan Tentara Pelajar yang bersembunyi mereka segera dihujani tembakan, sehingga dalam waktu yang bersamaan kesembilan jejaka itu mati bersama di tempat yang sama termasuk beliau.
Akhirnya kesembilan jenazah itu dibawa ke poliklinik matesih yang sekarang bernama PUKESMAS MATESIH, Hanya dengan diusung menggunakan bambu beratas tikar. Kemudian dimakamkan disekitar pasar Matesih.Pada tahun 1955, 9 pahlawan yang dimakamkan di selatan pasar matesih di pindah ke Taman Makam Pahlawan Karanganyar.merupakan tempat kumpulan pahlawan se-Karanganyar yang merupakan pahlawan yang di kenal.Daftar Tentara Pelajar yang Gugur di daerah Matesih dan sekitarnya pada perang Mempertahankan Kemerdekaan.
1. Lakstoto
2. Moeryoto
3. Roesman Lilik
4. Soepriyadi
5. Soenarto
6. Slamet
7. Soekoto
8. Salam Hasyim
9. Waloeyo (GKR Bambang Hadijokowaluyo - mas yadi)
Oleh pihak keraton beliau mendapatkan penghormatan dan masuk dalam pahlawan keraton yang membela bangsa. Beliau meninggal di usia yang masih muda. Prinsip dan keinginan beliau untuk membela tanah air menjadi dasar bagi pihak keraton Hamengkubuwono dan Pakualam selanjutnya untuk ikut terus berjuang membela tanah air. Nama beliau masih dikenang sampai hari ini sebagai salah satu dari kerabat keraton yang gugur dan sebagai salah satu pejuang Tentara Pelajar yang berjuang sampai titik darah penghabisan.
Jika anda berkunjung ke Solo dan melihat tugu Djoko Songo disitu tertulis :
Kami 9 pemuda mati muda
Kami yang menolak penjajahan bangsa atas bangsa
Dan kami gugur di tengah perang kemerdekaan bangsa
Kami rela mati muda
Demi kekalnya Merah Putih Bendera Pusaka
Biarlah Kami mati
Asalkan Meninggalkan arti
Ayo Pemuda Pelajar generasi Muda
Teruskan Garis-garis Pengorbanan
Kebaktian Kami demi Keagungan
Hari depan Tanah kelahiran Kita ini
Untuk Kemakmuran, Keadilan dan Kokohnya persatuan Rakyat
Indonesia Semesta yang dibakar Semangat Juang
Yang dijadikan api nilai Pancasila
Yang Dilandasi UUD 1945
Dan yang di Ridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian kami paparkan sejarah perjuangan Joko Songo yang kami kutip dari blog DKC Karanganyar (dkckaranganyar.blogspot.com/). Dan untuk mengenang sejarah perjuangan Joko Songo tersebut, Kwarcab Karanganyar dalam hal ini DKC Karanganyar sebagai pelaksana, setiap tahun menyelenggarakan kegiatan Pengembaraan Joko Songo, dan Even Pengembaraan Joko Songo terakhir adalah Joko Songo ke-16. Untuk Even Pengembaraan Joko Songo ke-16, alhamdulillah Sangga putri SMK Negeri 1 Karanganyar berhasil merebut Piala bergilir Bupati Karanganyar dan juara II putra. Ini bukan merupakan prestasi yang pertama, sebelumnya pada even Pengembaraan Joko Songo ke-14, SMK Negeri 1 Karanganyar juga berhasil menyabet juara pertama putri piala bergilir Bupati Karanganyar, juara II putera dan juara III puteri. Alhamdulillah sejak tahun 2000, Gugus Depan SMK Negeri 1 Karanganyar selalu meraih prestasi dalam event Pengembaraan Joko Songo Tersebut. Semoga ini bisa menjadi cambuk, dan magnet bagi kami untuk selalu berkarya dan terus berbakti di dalam memajukan Gerakan Pramuka khususnya di pangkalan Gudep SMKN 1 Karanganyar dan khususnya di Kabupaten Karanganyar. Amiiin.
Jika berbicara mengenai peristiwa Djoko Songo yakni gugurnya 9 tentara pelajar dalam membela tanah air tidak lepas dari nama GKR Bambang Hadijokowaluyo yang dikenal oleh lingkungannya dengan sebutan mas Yadi. Beliau termasuk dalam 9 tentara pelajar korban yang tewas, 3 diantaranya adalah kerabat keraton Solo dan Jogja. Maka dari itu pihak keraton berinisiatif mendirikan tugu monumen peristiwa Djoko Songo (meninggalnya 9 perjaka) di daerah Solo dan Surakarta. Baru pada tahun 1955 pemerintah berinisiatif memindahkan makam para pahlawan termasuk beliau ke area Taman Makam Pahlawan Karanganyar.
Saat peristiwa itu beliau berusia sekitar 20 tahunan, sedangkan peristiwa itu terjadi pada masa transisi perebutan kembali Indonesia dari pemerintah Jepang oleh pihak sekutu yang diboncengi Belanda.
Saat kejadian beliau bersama 15 orang tentara pelajar lainnya hendak pulang ke kamp perjuangan Indonesia, robongan beliau melewati daerah matesih (sekarang pasar Matesih). Rombongan tersebut sempat bertemu dengan pasukan Belanda. Terjadi baku tembak sengit yang berlangsung selama 30 menit. Akhirnya pasukan tentara pelajar berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Rupanya pasukan Belanda yang tersisa sempat mengontak markas pusatnya di Surakarta meminta bantuan personil, Beliau yang saat itu menjadi komandan peleton tentara pelajar Divisi 1 tidak langsung beranjak pergi dari lokasi namun tinggal sementara di Matesih untuk mengamankan keadaan yang saat itu sedang rusuh.
Setelah keadaan sedikit tertanggulangi, beliau dan pasukan tentara pelajar lainnya melanjutkan perjalanan melewati karangpandan. Saat itulah terjadi pengepungan oleh personel Belanda yang menurunkan 5 Brigade. Walaupun kalah jumlah 16 orang tentara pelajar melawan sekitar 300 personel Belanda bersenjata lengkap, namun tentara pelajar terus mengadakan perlawanan.
7 orang tentara pelajar berhasil meloloskan diri dan selamat dari kepungan tentara Belanda. Sisanya 9 orang termasuk Beliau bertahan di KALI SWALUH sebagai benteng brigade. Belanda tidak hilang akal serdadu Belanda meneropong jika mereka melihat sasaran pesawat terbang mereka akan merendah di sekitar sasaran, dengan segera daerah itu akan di bom dan dijatuhi tembakan yang bertubi-tubi. Begitu pula dengan kesembilan Tentara Pelajar yang bersembunyi mereka segera dihujani tembakan, sehingga dalam waktu yang bersamaan kesembilan jejaka itu mati bersama di tempat yang sama termasuk beliau.
Akhirnya kesembilan jenazah itu dibawa ke poliklinik matesih yang sekarang bernama PUKESMAS MATESIH, Hanya dengan diusung menggunakan bambu beratas tikar. Kemudian dimakamkan disekitar pasar Matesih.Pada tahun 1955, 9 pahlawan yang dimakamkan di selatan pasar matesih di pindah ke Taman Makam Pahlawan Karanganyar.merupakan tempat kumpulan pahlawan se-Karanganyar yang merupakan pahlawan yang di kenal.Daftar Tentara Pelajar yang Gugur di daerah Matesih dan sekitarnya pada perang Mempertahankan Kemerdekaan.
1. Lakstoto
2. Moeryoto
3. Roesman Lilik
4. Soepriyadi
5. Soenarto
6. Slamet
7. Soekoto
8. Salam Hasyim
9. Waloeyo (GKR Bambang Hadijokowaluyo - mas yadi)
Oleh pihak keraton beliau mendapatkan penghormatan dan masuk dalam pahlawan keraton yang membela bangsa. Beliau meninggal di usia yang masih muda. Prinsip dan keinginan beliau untuk membela tanah air menjadi dasar bagi pihak keraton Hamengkubuwono dan Pakualam selanjutnya untuk ikut terus berjuang membela tanah air. Nama beliau masih dikenang sampai hari ini sebagai salah satu dari kerabat keraton yang gugur dan sebagai salah satu pejuang Tentara Pelajar yang berjuang sampai titik darah penghabisan.
Jika anda berkunjung ke Solo dan melihat tugu Djoko Songo disitu tertulis :
Kami 9 pemuda mati muda
Kami yang menolak penjajahan bangsa atas bangsa
Dan kami gugur di tengah perang kemerdekaan bangsa
Kami rela mati muda
Demi kekalnya Merah Putih Bendera Pusaka
Biarlah Kami mati
Asalkan Meninggalkan arti
Ayo Pemuda Pelajar generasi Muda
Teruskan Garis-garis Pengorbanan
Kebaktian Kami demi Keagungan
Hari depan Tanah kelahiran Kita ini
Untuk Kemakmuran, Keadilan dan Kokohnya persatuan Rakyat
Indonesia Semesta yang dibakar Semangat Juang
Yang dijadikan api nilai Pancasila
Yang Dilandasi UUD 1945
Dan yang di Ridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian kami paparkan sejarah perjuangan Joko Songo yang kami kutip dari blog DKC Karanganyar (dkckaranganyar.blogspot.com/). Dan untuk mengenang sejarah perjuangan Joko Songo tersebut, Kwarcab Karanganyar dalam hal ini DKC Karanganyar sebagai pelaksana, setiap tahun menyelenggarakan kegiatan Pengembaraan Joko Songo, dan Even Pengembaraan Joko Songo terakhir adalah Joko Songo ke-16. Untuk Even Pengembaraan Joko Songo ke-16, alhamdulillah Sangga putri SMK Negeri 1 Karanganyar berhasil merebut Piala bergilir Bupati Karanganyar dan juara II putra. Ini bukan merupakan prestasi yang pertama, sebelumnya pada even Pengembaraan Joko Songo ke-14, SMK Negeri 1 Karanganyar juga berhasil menyabet juara pertama putri piala bergilir Bupati Karanganyar, juara II putera dan juara III puteri. Alhamdulillah sejak tahun 2000, Gugus Depan SMK Negeri 1 Karanganyar selalu meraih prestasi dalam event Pengembaraan Joko Songo Tersebut. Semoga ini bisa menjadi cambuk, dan magnet bagi kami untuk selalu berkarya dan terus berbakti di dalam memajukan Gerakan Pramuka khususnya di pangkalan Gudep SMKN 1 Karanganyar dan khususnya di Kabupaten Karanganyar. Amiiin.
0 comments :
Posting Komentar